This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 26 November 2017

PENGARUH PENDIDIKAN MORAL DAN KARAKTER TERHADAP AKHLAK ANAK BANGSA



PENGARUH PENDIDIKAN MORAL DAN KARAKTER TERHADAP AKHLAK ANAK BANGSA
Linda Kurnia Pratiwi
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstrak:  sejatinya pendidikan moral dan karakter tidak dapat terlepas dari nilai moral, budaya dan akhlak yang baik. Keluarga merupakan benteng pertama dan utama dalam mendidik anak agar nantinya dapat hidup dengan baik di dalam masyarakat, selain orang tua guru dan masyarakat sekitar juga berperan dalam pengembangan moral dan karakter anak. Keberhasilan dari pendidikan moral dan karakter sendiri terletak pada diri anak tersebut, orang tua, sekolah, beserta lingkungan masyarakat hanya sebagai perantara saja.
Kata Kunci : Moral, karakter, dan akhlak anak bangsa
Pengertian moral adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan “menyenderhanakan” sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan. Moral sendiri dalam pendidikan moral disini hampir sama saja dengan rasional, dimana penalaran moral dipersiapkan sebagai prinsip berpikir kritis untuk sampai pada pilihan dan penilaian moral (moral choice and moral judgemet).   Menurut Dewey (dalam Zuriah 2015:21) Pernyataan ini akan berpengaruh terhadap isi dan metode penyajian pendidikan moral serta dengan sendirinya berpengaruh pula pada kurikulum  sekolah beserta peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat dalam pendidikan moral? Kiranya, semua akan beranggapan bahwa moral dan pendidikan moral penting bagi manusia, tetapi yang akan beranggapan bahwa moral dan pendidikan moral penting bagi manusia, tetapi yang akan berbeda adalah bagaimana isi pendidikan dan metode penyajiannya serta bagaimana tanggung jawab sekolah dan masyarakat dalam pendidikan moral. Selain pendikan moral dibutuhkan juga pendidikan karakter pendidikan karakter merupakan gabungan dari kata yakni pendidikan dan karakter. Pendidikan sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya masyarakat dan bangsa.
            Sementara itu, Negara sebagai organisasi puncak sangat berkepentingan untuk tumbuhnya public culture, yaitu perangkat kebudayaan yang bisa diterima oleh seluruh bangsa serta dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnya yang lebih baik lagi. Oleh karena itu negara kita telah menetapkan pula suatu kawasan nilai-nilai budaya (culture value).
(Mardia mengatakan):  Bahwa dalam realita, terlepas diakui atau tidak, Banyak anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas beribadah dan tidak mau berperilaku hormat pada orang lain,  pada saat ini telah menjadi keprihatinan para orangtua. Hal ini terjadi, selain karena proses pengasuhan dan pembinaan yang salah pada anak, juga akibat pengaruh buruk perkembangan teknologi informasi dan lingkungan yang kurang mendukung karena kesibukannya sering menerapkan disiplin kaku pada anak. Para orang tua menuntut anak untuk menuruti perintah ini itu tanpa boleh banyak bertanya dan membantah. Anak diperlakukan seperti robot tanpa memikirkan efek psikologisnya pada anak. Sementara waktu yang diberikan oleh orang tua untuk memberi kasih sayang pada anak juga semakin sedikit, sehingga kedekatan anak dengan ayah ibunya juga jauh berkurang yang membuat anak merasa tidak nyaman dan jiwanya gersang. Karenanya cenderung mencari pelampiasan untuk menuntaskan keinginan-keinginannya yang tidak didapat dari orang tuanya. 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Isu Pendidikan dan latar belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini telah merubah segalanya, termasuk perilaku anak-anak zaman sekarang. Perilaku anak zaman sekarang memang berbeda dengan anak-anak di tahun 80-an dan 90-an. Kemajuan teknologi yang begitu pesat telah merubah dan tidak jarang membuat kita bingung dengan kondisi yang demikian. Perubahan ini akan sangat dirasakan oleh orang-orang yang memiliki usia diatas 25 tahun. Masa muda yang mereka habiskan aman dulu, tidak lagi ditemukan di perilaku anak zaman sekarang. Anak zaman sekarang tidak suka lagi bermain dengan teman-temannya di lapangan atau di sawah seperti zaman kita dulu. Mereka lebih asyik dengan gadget-gadget yang mahal yang mereka miliki, walau sering kali mereka tidak mengerti bagaimana cara penggunaanya. Tidak hanya itu saja, kelakuan anak zaman sekarang juga sangat memprihatinkan. Sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua sepertinya sudah hilang. Salah satu hal yang paling penting dalam bangsa ini adalah para generasi pemuda dan pemudi yang harus kita perhatikan dan kita bina dengan baik, karena merekalah yang akan meneruskan cita-cita dan perjuangan bangsa ini menjadi lebih baik dan berwibawa kedepannya nanti. Hal ini tidak hanya bangunan yang menjulang tinggi seperti: gedung-gedung ataupun pabrik-pabrik saja, akan tetapi kehidupan moral dan karakter generasi bangsa yang harus kita bangun juga karena bagaimana bangsa ini akan maju, bagaimana bangsa ini akan berkembang ataupun bagaimana bangsa ini akan menjadi bangsa yang dihargai oleh bangsa lainnya dan menjadi bangsa yang berwibawa sedangkan moral dan dan karakter generasi bangsa kita sendiri ini jelek atau luntur dari nilai-nilai agama dan etika bangsa ini. Salah satu yang harus kita sayangkan adalah para generasi dan penerus bangsa yang masih banyak yang tak sadar akan perilaku yang menyimpang dari syariat agama dan norma-norma bangsa ini bahkan bertolak belakang dengan kebaikan, padahal mereka adalah harapan dan tumpuan bangsa ini. Tak sedikit para pemuda-pemudi yang melanggar aturan agama bangsa ini seperti halnya minuman keras, berjudi, memakai narkoba, tawuran, berkelahidan bahkan saling menyakiti antara satu dengan yang lainnya. Sungguh memprihatinkan sekali generasi bangsa kita ini yang seharunsya mereka berbondong-bondong melakukan hal kebaikan dan bersatu untuk membangun bangsa ini justru malah ikut berperan menambah masalah baru bagi bangsa ini, sungguh ini menjadi PR besar bagi bangsa dan pemerintah yang ada di dalamnya dalam mengatasi krisis moral dan rendahnya karakter generasi bangsa ini. 

Rumusan masalah kebijakan
Hingga saat ini Indonesia masih tergolek lemah bahkan dapat dikatakan sekarat akibat krisis multidimensional yang tak kunjung usai mendera bangsa ini. Kondisi ini diperburuk oleh krisis moral dan budi pekerti para pemimpin bangsa yang juga berimbas pada generasi muda. Perilaku buruk sebagian siswa berseragam sekolah dapat dikatakan ada di kota mana saja di Indonesia. Tawuran antar pelajar tidak hanya terjadi di kota-kota besar tapi juga sudah merambah ke pelosok kabupaten dan kota-kota kecil lainnya, bahkan dengan semakin canggihnya teknologi anak-anak dapat mengakses video maupun hal yang lainnya seperti perilaku seks bebas, narkoba, budaya tidak tahu malu, lunturnya tradisi, budaya, tata nilai kemasyarakatan, norma etika, dan budi pekerti luhur merambah ke desa-desa. Krisis yang terjadi ini salah satu indikator penyebab terbesarnya adalah kegagalan dari dunia pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Sebagai akibatnya adalah budaya luar yang negatif mudah terserap tanpa ada filter yang cukup kuat. Gaya hidup yang modern membuat anak-anak malas malasan untuk berkumpul dengan teman-temanya saat bermain mereka lebih memilih untuk bermain gadget. Fenomena dan kenyataan seperti ini tentu tidak boleh dibiarkan begitu  saja. Akan menjadi generasi yang seperti apa kelak, jika anak-anak dibiarkan dalam kondisi tersebut. Jika tidak segera dicari jalan keluarnya, maka tidak ayal lagi bangsa ini akan kehilangan generasi atau terjadi “lost generation”, yang ada adalah generasi yang rusak, lalu bagaimana nasib bangsa ini kedepan? Oleh karena itu penulis meras tertarik untuk mebahas apa saja akibat yang ditimbulkan dari kurang atau minimnya pemnanaman nilai moral, budi pekerti dan akhlak pada anak didik di sekolah pada saat ini. Khususnya dalam kurikulum sekolah sebagai benteng penangkal hal-hal negatif, termasuk juga usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menjawab permasalahan di seputar penanaman moral. Adapun tujuan dari penulisan dan pembahasan ini sebagai berikut.
1. Ingin mendeskripsikan lebih jauh tentang peran pemerintah dalam menangani permasalahan moral anak, khususunya anak sekolah.
2.      Ingin mendeskripsikan peran orang tua dalam pembentukan moral dan karakter yang baik bagi anak.
3.      Ingin mendeskripsikan peran masyarakat dalam menyikapi moral dan karakter anak. 

Analisis potensi dan limitasi alternative kebijakan
Menurut (Zuriah 2007),Upaya mengatasi kemerosotan moral dan budi pekerti anak dapat dilakukan atsa dasar adanya kekuatan yang mendukung, seperti yang telah dituangkan dlaam Sistem Pendidikan Nasional UU No. 2 Tahun 1989 Bab II pasal 4, yaitu unutk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yang berarti manusia yang beriman dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Disamping itu juga terdapat dalam perundang-undangan, antara lain sebagai berikut :
1)   TAP MPR NO. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi pembangunan, pada Bab IV huruf D yang berisi;
a)      Butir 1 F: peningkatan akhlak mulia dan budi pekerti luhur dilaksanakan melalui pendidikan budi pekerti di sekolah.
b)      Butir  2  H: Meningkatkan pembangunan akhlak mulia dan moral luhur masyarakat melalui pendidikan agama untuk mencegah/ menangkal timbulnya akhlak yang tidak terpuji.
2)      TAP MPR NO. IV/MPR/1999 tentang GBHN Bab IV Huruf D, mengenai agama Butir 1:
a)      Menetapkan fungsi, peran, dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika dalam penyelenggaraan Negara. Perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama.
b)      Meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal terutama dalam meningkatkan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga.
3)      UU NO. 2/1989 penjelasan Pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa pendidikan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan diwujudkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
4)      Komitmen masyarakat dalam berbagai lapisan terhadap etika bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, ditengarai budi pekerti sebagai salah satu dimensi substansi pendidikan nasional yang perlu diintegrasikan ke mata pelajaran yang relevan.

Rumusan Alternatif Kebijakan
Pendidikan anak memang dimulai dari lingkungan rumah nya. Orang tua adalah Orang yang mempunyai tanggungjawab besar terhadap perkembangan anak-anaknya karena anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus di jaga, di rawat, dibina, dibimbing dan diberi pendidikan yang layak serta masih banyak hal lain yang harus diberikan orang tua kepada anak. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT Q.S. Al Baqarah ayat 233. Ayat ini menjelaskan tanggung jawab ibu dan bapak dalam memperhatikan perkembangan fisik dan pakaian anak-anaknya. Di samping orang tua mempunyai tanggung jawab pada perkembangan fisik anak, mereka juga mempunyai tanggung jawab yang sangat lebih penting yaitu tanggungjawab terhadap perkembangan jiwa dan ruhani anak-anak mereka. Hal tersebut disebutkan dalam Quran surat An-Nisa’ ayat 9 dan surat at Tahriim ayat 6.Kedua ayat tersebut memberikan isyarat bahwa orang tua harus memberikan pendidikan yang baik dan berkata yang benar kepada anak-anaknya agar anak-anak tersebut menjadi manusia yang kuat baik dari segi fisik dan jiwa sehingga anak-anak tersebut dapat melaksanakan perintah Allah SWT dan dapat meninggalkan larangan-larangan Allah SWT sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya.Pendidikan yang baik yang dilakukan orang tua di rumah merupakan penanaman pendidikan karakter sejak dini kepada anak. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter ini penting agar tidak terjadi split of personality (kepribadian yang terpecah) yaitu belum mampu menyatukan perkataan dengan perbuatan, ada kesenjangan antara teori dengan   praktik. Penanaman karakter ini dapat dilakukan orang tua dengan berbagai cara sebagai berikut:
  1. Belajar Sosial – Sebuah Budaya Keluarga Karakter.
  2. Instruksi Langsung–Momen-momen untuk Membangun Karakter.
  3. Mendongeng – Belajar Sifat-sifat Karakter dari Sastra dan Kehidupan.
  4. Belajar Lewat Pengalaman – Mempraktekkan Sifat-sifat Karakter.
Selain keluarga sekolah pun juga berperan dalam mempengaruhi pendidikan moral dan karakter dari anak. Semua Lembaga Pendidikan baik mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi adalah rumah kedua bagi siswa/mahasiswa, karena lembaga pendidikan yang nyaman bagaikan rumah sendiri akan membuat siswa/mahasiswa bersemangat dalam belajar tanpa merasa bosan. Melalui pembelajaran di sekolah ini siswa/mahasiswa juga mendapatkan pendidikan karakter. Kurikulum merupakan gambaran komprehensif program yang ada di lembaga pendidikan. Melalui kurikulum ini pula pendidikan karakter dirancang di dalamnya dan memberikan peluang seluas-luasnya bagi lembaga pendidikan dan tenaga pendidik untuk melakukan praktik-praktik pendidikan dalam rangka mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa/mahasiswa, baik melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui program pengembangan diri (ekstrakurikuler). Pengembangan potensi peserta didik tersebut dimaksudkan untuk memantapkan kesadaran diri tentang kemampuan atau life skill terutama kemampuan personal (personal skill) yang dimilikinya. Mereka menyatakan bahwa penerapan pendidikan berkarakter moral mempengaruhi peningkatan motivasi siswa dalam meraih prestasi. Bahkan kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik. Hal ini disebabkan salah satu tujuan pendidikan karakter adalah untuk pengembangan kepribadian yang berintegritas terhadap nilai atau aturan yang ada. Ketika individu mempunyai integritas maka ia akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri (self efficacy) untuk menghadapi hambatan dalam belajar.
Beberapa tema-tema moral yang berhubungan dengan kognitif ditemukan dalam penelitian Narvaes (dalam mardia). Peserta didik yang mendapatkan pendidikan berkarakter moral akan lebih; 1. Mudah memahami situasi moral secara akurat dan menegakkan aturan atau nilai yang diinternalisasi, 2. Mempunyai alat atau metode untuk memecahkan masalah moral yang kompleks, 3. Tetap berfokus terhadap tugas-tugas akademis dan termotivasi untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran, 4. Mampu memprioritaskan tujuan-tujuan etis untuk pengembangan diri dan pemberdayaan sosial. Oleh karena itu, negara-negara maju turut menekankan pendidikan berkarakter moral tersebut sebagai soft-skill yang mengikuti kompetensi pembelajaran. Dengan demikian, lulusan dunia pendidikan akan lebih siap berkompetisi dalam era global saat ini.
Meskipun sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak dalam pembentukan karakter namun sekolah merupakan komunitas untuk melakukan sharing nilai dengan guru, teman sebaya dan sivitas akademika. Apalagi, fenomena kurikulum sekarang yang sarat beban bagi anak menyebabkan ia tinggal lebih lama di sekolah daripada di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam membangun manusia yang berkarakter moral sebaiknya lembaga pendidikan: Menyediakan pendidikan moral agama dengan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), menyiapkan guru, kakak kelas, sivitas akademika, alumni sebagai role model, menyediakan perangkat nilai dan aturan yang jelas, rasional dan konsisten, membangun sinergitas antara pihak sekolah, keluarga, masyarakat dan pemerintah, Pendidikan berkarakter moral dimasukkan dalam kegiatan intra, ekstra dan ko-kulikuler sebagai hidden curriculum dan menyajikan story telling melalui multi media dengan melibatkan peran sebagai role model karakter moral. Disamping pendidikan moral dan karakter dari orang tua Peran masyarakat dalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan  hasil,  dan  evaluasi  kegiatan. Evaluasi kebijakan sendiri pada dasarnya merupakan suatu aktivitas yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu kebijakan dapat dilaksanakan atau tidak, serta mampu mencapai apa yang diharapkan apa belum (Imron : 2012)
Selain lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan, perkembangan kepribadian anak juga dipengaruhi oleh masyarakat. Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Keberadaan masyarakat yang menghargai ajaran Islam, turut memberikan kontribusi bagi anak dalam memahami makna hidup, mempraktekkan ajaran Islam, rajin beramal, cinta damai, suka menyambung ukhuwah islamiyah. Jika nilai-nilai Islam melekat pada budaya masyarakat, tentunya secara tidak langsung akan dapat mendorong pembentukan karakter Islami pada diri seorang anak. Peran Masyarakat dalam Pembentukan Karakter Anak dapat Diklasifikasikan dalam dua hal: 1. Peran melalui keberadaan masyarakat yang berjalan secara alamiah dan terbuka, 2. Peran masyarakat yang terlembagakan dalam organisasi-organisasi sosial.Intinya orang tua, lembaga pendidikan, dan masyarakat harus bersinergi dalam menanamkan karakter bagi anak-anak bangsa mendatang.

 Simpulan
Pemerintah diharapkan lebih serius dalam menangani kemerosotan moral dan budi pekerti anak, tidak hanya sebatas menetapkan kebijakan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan: Mengalokasikan anggaran pelatihan bagi para guru dalam melakukan integrasi materi moral dan karakter kedalam setiap mata pelajaran di sekolah.
Bagi orang tua yang berkecukupan diharapkan tidak hanya mengejar materi dan karier semata, tetapi memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya, yaitu dengan cara memberikan penanaman nilai-nilai agama sejak dini. Sementara itu, bagi orang tua yang kurang mampu diharapkan tidak terlalu membebani anak dengan tuntutan bekerja, sementara mengabaikan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, khususnya pendidikan moral dan karakter anak.

 Daftar Rujukan
Imron, Ali. 2012. Kebijakanaan pendidikan di Indonesia: proses, produk, dan masa depannya. Jakarta: Bumi Aksara
Mardia. Menanamkan Nilai Moral dan Keagamaan Pada Anak. Online: (file:///C:/Users/dell/Downloads/MENANAMKAN-NILAI-MORAL-DAN-KEAGAMAAN-PADA-ANAK.pdf). Diakses pada 26 November 2017
Rahayu, Retno Indah. Peran Orang Tua, Lembaga Pendidikan, dan Masyarakat dalam menanamkan karakter. Online : (lpialharomainsby.com/?p=310). Diakses pada tanggal 26 November 2017
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara
Tanpa Nama. Analisis pendidikan karakter. Online: (http//pendidikan-pemikiran.blogspot.co.id/2012/02/anlisis-pendidikan-karakter.html?m=1). Diakses pada tanggal 26 November 2017.