SARANA DAN PRASARANA YANG KURANG
MEMADAI DALAM PENDIDIKAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Ibu Dewi Ariani, S.S., S.Pd., M.Pd.
Oleh:
Ayu Aninya Rasyad 160131600445
Linda Kurnia Pratiwi 160131600450
Siti Maisaroh 160131600411
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
April 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam dunia pendidikan, banyak hal
yang dapat menunjang proses pembelajaran diantaranya adalah sarana dan
prasarana. Apabila sarana dan prasarana tidak tersebar secara merata, maka
kemajuan pendidikan juga tidak merata. Seperti yang terjadi saat ini banyak
sekolah yang belum bisa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)
khususnya di daerah yang terpencil, karena kurangnya dana untuk menunjang
sarana dan prasarana.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No.24 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Pasal 1, Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah
Menengah Atas atau Madrasah Aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria minimum sarana
dan kriteria minimum prasarana. Kurangnya berbagai sarana dan prasarana dalam pendidikan tentu sangat penting untuk
dibahas karena saat ini sudah sering kita jumpai beberapa sekolah di suatu
daerah yang berada di pelosok tidak mengalami kemajuan bahkan juga tidak
berkembang. Pendidikan yang semakin maju ke arah modern menuntut sekolah untuk
terus mengikuti perkembangan, tetapi disisi lain kurangnya pendanaan adalah
satu-satunya sebab ketertinggalan pada sarana dan prasarana sehingga untuk
mengikuti perkembangan adalah suatu hal yang sulit.
Menurut Depdiknas (dalam Barnawi dan Arifin, 2012:47),
telah membedakan antara sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Sarana
pendidikana adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Prasarana pendidikan adalah
semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Penekanan dan pengertian tersebut
ialah pada sifatnya, sarana bersifat langsung, dan prasarana tidak bersifat
langsung dalam menunjang proses pendidikan. Dengan begitu, manajemen sarana dan
prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenap proses pengadaan dan
pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung maupun tidak langsung
menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien.
Berdasarkan pengalaman dari penulis di atas dalam
makalah ini penulis mengangkat judul “Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Dalam Pendidikan” agar nantinya pemerintah merealisasikan secara merata,
sehingga tidak ada lagi sekolah-sekolah di daerah perkotaan maupun pedesaan
yang tertinggal dikarenakan kurang tercukupinya sarana prasarana. Begitu pula
diharapkan kepada guru dan wali murid untuk ikut andil dalam pengadaan sarana
dan prasarana di sekolah dengan cara sekolah tersebut menuntut peserta didik
agar lebih kreatif dalam menciptakan kewirausahaan di sekolah, sehingga
menghasilkan pemasukan untuk mencukupi sarana dan prasarana.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
menguraikan rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Mengapa sarana dan prasarana pendidikan
di Indonesia kurang memadai.
2.
Apa akibat sarana dan prasarana tidak tersebar
secara merata dan kurang memadai.
3.
Bagaimana solusi yang digunakan untuk
mengatasi permasalahan saran dan prasarana yang kurang memadai.
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis
menguraiakn tujuan sebagai berikut.
1.
Menjelaskan penyebab sarana dan
prasarana pendidikan di Indonesia kurang memadai.
2.
Mejelaskan akibat sarana dan prasarana
tidak tersebar merata dan kurang memadai.
3.
Menjelaskan solusi yang digunakan untuk
mengatasi permasalahan sarana dan prasarana yang kurang memadai.
BAB
II
BAHASAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab
I, pada bagian ini disajikan tentang (1) Penyebab sarana dan prasarana di Indonesia
kurang memadai, (2) Akibat apabila sarana dan prasarana pendidikan tidak
tersebar merata atau kurang memadai, (3) Solusi untuk mengatasi permasalahan
sarana dan prasaran yang kurang memadai.
1.
Penyebab
Sarana dan Prasarana di Indonesia Kurang Memadai
Permasalahan pemerataan dapat terjadi karena kurang
terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya
komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu, masalah
pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga
pendidikan untuk melakukan proses pendidikan. Hal ini bisa terjadi jika kontrol
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau
daerah-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas pendidik
Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan
sebagaimana yang diharapkan. Aspek sarana dan prasarana pendidikan berkenaan
dengan fasilitas dan kemudahan-kemudahan dalam pendidikan yang tersedia. Sarana
dan prasarana pendidikan masih sangat tergantung pengadaannya dari pemerintah
pusat, sementara pendistribusiannya belum terjamin merata sampai ketujuannya
sehingga kemandirian dan rasa turut bertanggung jawab daerah masih dirasakan
kurang maksimal. Permasalahan-permasalahan yang menyangkut fasilitas pendidikan
ini, erat kaitannya dengan kondisi tanah, bangunan dan perabot yang menjadi
penunjang terlaksananya proses pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan
bagaimana system pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak, sehingga
penidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk
menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih
banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditempuh di
dalam sistem pendidikan atau lembaga pendidikan karena minimnya fasilitas yang
tersedia. Ada beberapa hal yang menyebabkan masalah pemerataan sarana dan
prasarana pendidikan, sebab-sebab tersebut antara lain: keadaan geografis yang
heterogen sehingga sangat sulit untuk menjangkau daerah-daerah tertentu.
Sampai saat ini 88,8 persen sekolah di Indonesia
mulai SD hingga SMA/SMK, belum melewati mutu standar pelayanan minimal. Pada
pendidikan dasar hingga kini layanan pendidikan mulai dari guru, bangunan
sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium, buku-buku pelajaran dan
pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD)
baru 3,29% dari 146.904 yang masuk kategori Sekolah Standar Nasional 51,71%
kategori standar minimal dan 44,84% di bawah standar pendidikan, pada jenjang
SMP 28,41% dari 34.185, 44,45% berstandar minimal dan 26% tidak memenuhi
standar pelayanan minimal. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan di
Indonesia tidak terpenuhi sarana dan prasarananya.
Data Balitbang Depdiknas (2003), menyebutkan untuk
satuan SD terdapat 146.052 lembaga menampung 25.918.898 siswa serta memiliki
865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau
42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan
sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi ini
diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi ini lebih buruk
dari pada SD pasda umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan
SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.
Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi yang
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap, sementara laboratorium tidak standar. Pemakaian
Tekonologi Informasi tidak memadai dan sebagainya. permasalahan sarana dan
prasarana ini, sering dijumpai pada daerah-daerah yang terpencil atau pedalaman,
seperti pedalaman Kalimantan. Biasanya keterbatasan sarana dan prasarana ini
mulai dari gedung sekolah yang ruangannya tidak layak dipakai untuk mendapatkan
suasana belajar yang nyaman, kondusif dan, hanya terdapat dua atau tiga kelas
saja, tidak terdapat ruangan lain seperti perpustakaan, laboratorium, sarana
olahraga, sarana belajar seperti buku paket yang update serta fasilitas lainnya dan jumlah guru yang sangat
terbatas.
Situasi seperti itu juga terdapat di daerah
perkotaan misalnya ada sekolah yang proses belajar dan pembelajarannya
dilakukan di bawah jembatan dan lain-lain. Banyak lagi permasalahan sarana dan
prasarana sekolah di Indonesia seiring dengan perkembangan teknologi dan zaman.
Misalnya, adanya jaringan internet atau wireless
di sekolah dan lainnya.
2.
Akibat
Apabila Sarana dan Prasarana Pendidikan tidak Tersebar Merata atau Kurang
Memadai
Akibat tidak tersedianya fasilitas tersebut para
pelajar megalokasikan kelebihan energinya tersebut untuk hal-hal negatif,
misalnya tawuran antar pelajar, kelompok-kelompok kriminal yang umumnya
meresahkan masyarakat. Setidaknya ada dua dampak dari kurangnya sarana dan
prasarana pendidikan yaitu:
a.
Rendahnya Mutu Output Pendidikan
Kurangnya sarana pendidikan ini berdampak pada rendahnya output pendidikan itu sendiri, sebab di
era globalisasi ini diperlukan transformasi pendidikan teknologi yang
membutuhkan sarana dan prasarana yang sangat kompleks agar dapat bersaing
dengan pasar global. Minimnya sarana ini, menyebabkan generasi muda hanya
belajar secara teoritis tanpa wujud yang praksis sehingga pelajar hanya belajar
dengan angan-angan yang keluar dari realitas yang sesungguhnya. Ironisnya
pemerintah kurang mendukung bahkan cenderung membiarkan tercukupinya fasilitas pendidikan,
kerusakan laboratorium, dan ketidakadaan fasilitas penunjang pendidikan lainnya
menyebabkan gagalnya sosilalisasi pendidikan berbasis teknologi ini. Kerusakan
sekolah merupakan masalah klasik yang cenderung dibiarkan berlarut-larut dan
celakanya lagi hal ini hanya sekedar menjadi permainan politik di saat pemilu
saja.
b.
Kenakalan Remaja dan Perilaku yang
Menyimpang.
Secara
psikologis pelajar adalah masa transisi dari remaja menuju kedewasaan dimana di
dalamnya terjadi gejolak-gejolak batin dan luapan ekspresi kreativitas yang
sangat tinggi jika laporan-laporan dan pencairan jati diri ini tidak terpenuhi
maka mereka akan cenderung mengekspresikannya dalam bentuk kekecewaan. Kekecewaan
dalam bentuk negatif. Sarana Pendidikan yang dimaksud disini, bukan hanya
laboratorium, perpustakaan, ataupun peralatan edukatif saja. Tetapi, juga
sarana-sarana olahraga ataupun kesenian untuk mengekspresikan diri mereka.
Kehidupan
remaja saat ini tentulah berbeda dengan generasi sebelumnya, pelajar saat ini
membutuhkan ruang gerak dalam pengembangan kematangan emosi, misalnya saja
group band, sepak bola, basket, otomotif dan sebagainya. Jika hal ini tidak
dipenuhi ataupun dihambat maka akan cenderung membuat perkumpulan-perkumpulan
yang cenderung menyalahi norma. Di Indonesia sendiri masih banyak sekolah ataupun
kampus yang tidak memiliki sarana penyaluran emosi ini.
3.
Solusi
Untuk Mengatasi Permasalahan Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Solusi
untuk mengatasi permasalahan sarana dan prasarana yang kurang memadai yaitu
dengan cara membuat suatu lembaga khusus yang independen yang bertugas
mengawasi pengadaan sarana dan prasarana sekolah di seluruh Indonesia. Hal ini
dilakukan demi memajukan pemerataan sarana dan prasarana sekolah untuk
menciptakan pendidikan yang baik serta berkualitas di Indonesia.
Solusi
lain yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan fungsi keberadaan komite
sekolah yang jujur, independen, serta transparan sebagai pihak yang mengawasi
kecurangan atau tindak praktik korupsi baik yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dan pihak sekolah seharusnya transparan disediakan spesifikasi sesuai
dengan anggaran yang ditetapkan.
Walaupun
demikian, pemerataan sarana dan prasarana di sekolah masih banyak membutuhkan
bantuan dari berbagai pihak. Baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, sekolah
dan komite sekolah untuk jujur dan transparan mengenai pengadaan sarana dan
prasarana sekolah agar terwujud pemerataan sarana dan prasarana sekolah untuk
pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan
paparan bahasan pada Bab II, berikut ini disajikan beberapa simpulan yang
linear mengenai factor penyebab, akibat, dan solusi untuk mengatasi
permasalahan sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia.
Simpulan
Penyebab
sarana dan prasarana di Indonesia kurang memadai dapat terjadi karena kurang
terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal
ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Akibat apabila sarana dan prasarana pendidikan tidak tersebar merata
adalah tidak tersedianya fasilitas bagi para pelajar mengalokasikan kelebihan
energinya untuk hal-hal yang negative. Misalnya tawuran antar pelajar,
kelompok-kelompok kriminal yang umumnya meresahkan masyrakat. Solusi untuk
mengatasi permasalahan sarana dan prasarana yang kurang memadai dengan cara
membuat suatu lembaga khusus yang independen yang bertugas mengawasi pengadaan
sarana dan prasarana sekolah di seluruh Indonesia.
Saran
Untuk
tercapainya tujuan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, maka sarana dan
prasarana di dunia pendidikan haruslah tersebar secara merata dan menyeluruh.
Oleh karena itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah diharapkan untuk
meningkatkan koordinasi satu sama lain, agar dalam penyampaiannya tidak ada
hambatan-hambatan yang dapat dapat memperlambat proses penyampaian sarana dan
prasarana pendidikan dapat tersalurkan dengan baik dan merata dan tercapainya
pembelajaran yang efektif dengan sarana dan prasarana yang memadai di satuan
pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Barnawi dkk. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Jogjakarta: Arruz Media.
Tim Dosen AP UPI. 2012. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.